Manfaat Panggilan Sayang Suami Istri
Manfaat Pangggilan sayang pada suami istri memang memiliki kekuatan yang dasyat dalam hal merekatkan keharmonisan dan menambah kekuatan cinta kasih antara suami istri.
Ingat
bagaimana setahun pertama kita berusaha lebih keras untuk mengenal orang di
hadapan kita yang dulunya sangat asing? Ingat perubahan dari kata kak menjadi
paksu? Ah ketika masa-masa penyesuaian itu sudah berhasil dilalui dengan mulus,
saya hanya bisa meangucapkan kata selamat, semoga keluarga yang susah payah
dibentuk bisa berjalan dengan lancar sampai pada titik akhir.
Salah satu sahabat terbaik saya
kak Steffi Fauziah mengatakan untuk menjaga hubungan pasutri agar tetap harmonis
salah satunya dengan Pillow Talk ini, salah duanya ya dengan memanggil soulmate
kita dengan panggilan sayang. Apalagi ketika hanya berdua ataupun di hadapan
orang lain. Meski tentu ketika di hadapan orang lain agak berbeda panggilannya.
Menggenai nama panggilan ini saya
sebenarnya tidak pernah saklek harus memanggil dengan satu panggilan. Kalau
dihitung-hitung selama pernikahan saja sudah puluhan kali ganti nama panggilan,
kalian begitu juga nggak sih? Atau saya saja yang plin-plan memanggil panggilan
sayang dengan cara berganti-ganti.
Seiring waktu berlalu saya sempat
senyum-senyum kecil aja sih, memabaca puluhan email pada waktu kami LDR. Suami
tugas di site sementara saya di rumah. Efek LDR ini juga yang membuat kita sok
romantis habis, sampai beberapa panggilan sayang sok lebay dengan mudah diumbar
saat kami bertemu.
Panggilan sayang yang super lebay
Panggilan sayang yang menurut kita amat sangat biasa, terkadang tidak demikian bisa diterima di masyarakat atau bahkan keluarga besar kita. Ada yang sampai maaf mencibir dengan mengatakan sok romantis, belum aja tahu rasanya suami ******.
Whats nggak salah dengar? Kadang entahlah orang-orang
sekitar kita inilah yang membuat suasana malah menjadi tidak nyaman, sementara
kita yang menjalani santai saja. Tapi ya begitulah, terkadang tingkat pengetahuan
seseorang berbeda, tingkat kecintaan dan tingkat kebahagiaan juga terkadang
begitu berpengaruh.
Tapi lagi-lagi itu pilihan,
sampai kapan mengorbankan kehangatan keluarga kita hanya kareana terlalu
mendengarkan kata-kata orang lain. Saya termasuk yang mengabaikannya dan
memilih tetap memiliki panggilan kesayangan buat suami saya.
Macam-Macam Panggilan sayang suami istri
Abi - Ummi
awalnya dulu ini panggilan sayang
antara kami setelah menikah. Terdengar romantis dan agamis gitu kan? Perfect couple.
Tapi makin kesini ada beberapa yang tidak membolehkan memanggil pasangan dengan
panggilan ummi atau abi untuk pasangan suami istri. “Dan dibenci memanggil satu diantara pasutri
dengan panggilan special yang ada hubungan dengan mahram. Seperti istri
memanggil suaminya dengan panggilan Abi (ayahku) dan suami memanggil istrinya
dengan panggilan Ummi (ibuku)”
Sweety
Awalnya saya mengerutkan
kening ketika mendapatkan panggilan Sweety. Ah kenapa gitu kan bagus, berarti
manis. Eh tapi hati kecil saya yang lain menolak, apaan kog sweety, manis gitu.
Mentang-mentang kulit saya hitam manis gitu (pundung mode on) atau sweety kan
merk pampers baby… wkwkwkk
Honey
ini panggilan sayang yang sering
saya ucapkan. Simple saja, nggak semua orang disekeliling kita tahu juga. Seperti
mama mertua pasti nggak tahu apa itu honey. Tapi kalau penyakit iseng sok
sayangnya kumat saya suka menambahin dengan Honey – Bunny – Sweety
Hubby
Tahu nggak kalau kata Hubby itu
artinya cinta dalam bahasa Arab. Padahal dulu saya
menggira hubby adalah panggilan dalam bahasa Inggris yang berarti suami.
Sepenggal kata dari husband – hubby, begitulah.
Kata hubby berasal dari kata hubun yang bermakna cinta. Huhuhu sweet
banget kan? Atau kita bisa memanggil habibi, Habibie atau habiebie dengan arti terkandung
kata kesayangan atau kekasih.
Nah kalau untuk istri boleh deh dipanggil
dengan nama cinta habibati. Yang bermakna kekasih, yang tersayang, atau
kesayanganku. “Yaa Qalbii “ yang berarti wahai hatiku. Wah pasti melayang jauh
deh kalau dipanggil dengan panggilan begitu iya kan?.
Laki - Bini
Tinggal di tengah-tengah suku Banjar yang kental mau nggak mau saya ketularan juga dengan memanggil suami itu Laki. Biasa memanggil Lakiku kalau pas ngegosipin suami dengan keluarga, hahahaha. Meski suami agak kurang suka dengan panggilan tersebut.
Buktinya saya tidak pernah
mendengarnya memanggil saya dengan kata “Bini” wkwkwk. Padahal asli pengen
juga, seru aja kali ya seperti de Yanti yang memanggil suaminya dengan kata, Ki
yang berarti laki kan ya? Curiga saya salah mengasumsikannya nih misal nama
suaminya Rizki atau Lucky gitu.
Bunda – Panda Cinta
Jadi ada satu waktu ketika saya
tinggal di Berau. Tetangga kanan kiri saya memanggil saya dengan sebutan bunda.
Alhasil suamipun sampai sekarang suka memanggil dengan sebutan bunda. Hahaha agak
kesel sih kog kesannya saya sudah tua banget. Sekedar pengen fun sayapun
memanggil balasan kepada suami dengan kata “panda” trus biar nggak dibilang
nggak sopan (masa suami dipanggil panda) saya tambahin deh kata cinta
dibelakangnya wkwkwkk.
Mas -Adek
Jujur saya malah baru ingat panggilan sayang ini ketika mudik selama seminggu berada di rumah ibu saya di Ngawi. Saya takjub dong dengan usia pernikahan Bapak Ibu yang sudah puluhan tahun itu masih konsisten memanggil sapaan Mas dan Dek. Hahahaha so sweet banget sih.
Saya
malah kena omel nih, menurut ibu tata krama seorang istri ya begitu, harus menghormati
suami. Ngomongpun pakai bahasa jawa yang halus, beda dengan saya yang suka
nyap-nyap dengan suami.
Nenek - Kai
Bertolak belakang dengan keromantisan ibu dan bapak saya. Setiap hari saya mendapatkan pandangan yang selevel bila di rumah mertua. Mama dan bapak mertua saling memanggil dengan nenek dan kai (kakek dalam bahasa Banjar) pun dalam keseharian tak ada saling menghormati yang begitu terlalu seperti di Jawa.
Pekerjaan
sehari-haripun saling membantu, mamer cuci baju bapak yang jemur baju. Bapak yang
rebus air, bikin teh, masak nasi mamer yang bikin sayur dan gorengan. Saling kompak.
Jadi begitulah terkadang keromatisan nggak
melulu dengan panggilan sayang. Cukup saling mengerti, saling membantu, saling
mengisi kekurangan. Hahahaha disini saya merasa sanggat bersyukur, karena
dengan begini saya tak perlu meminta tolong pada suami mengerjakan ini dan itu
karena sudah terbiasa melihat apa yang dikerjakan kedua orang tuanya. Jadi tak
ada alasan menolak lagi.