Peluk Erat Sahabatmu Agar Pulih Meski Tertatih
Percaya nggak sih kalau di sekeliling kita tidak semua orang itu bahagia dengan kehidupannya? Banyak wajah penuh tawa tapi memendam perih. Tak jarang air mata yang jatuh tertumpah itu ditutupi dengan beberapa status galau, kasar dan bar-bar di social medianya.
Dan parahnya lagi kita sebagai sahabat terdekat, saudara yang mereka miliki satu-satunya malah pergi menjauh dengan dalih enggan membiarkan virus toxic menjalari hati kita. Duh, nyesek kan. tapi jujur itu dulu merupakan sesuatu dilema bagi saya. saya berpendapat kalau sesuatu yang berbau negative memang harus kita hindari sejauh-jauhnya.
Lalu kita tanpa sadar ingin menasehati(meski banyaknya hanya di dalam hati), jadi orang mbok ya pandai bersyukur. Jangan kufur nikmat begitu. Hati-hati dengan mulut dan jarimu agar Allah tak mencabut rasa kebahagiaanmu. Diluar sana banyak lho orang yang hidupnya lebih menyedihkan dari kamu tapi mereka tetap bersyukur.
Apakah kalian pernah mengatakan hal yang sama dengan yang saya katakan diatas?
Apakah kalian juga memiliki teman-teman yang seolah kehidupannya tak pernah bersyukur, selalu mengeluh dan membuat status-status panjang menyebalkan hingga akhirnya kalian unfollow atau bahkan kalian hapus dari daftar friendlist ataupun yang terparah kalian block.
ketahuilah, Apa yang kalian lakukan itu kejam Ferguso. Bagaimana jadinya kalau kalian berada di posisi mereka? Satu-satunya yang mereka butuhkan adalah penerimaan serta telinga yang menampung segala keluh kesah mereka agar mereka bisa bangkit dan perlahan-lahan pulih. iya hanya itu.
Bincang Pulih Bersama Mbak Widyanti Yuliandari
17 oktober 2020 adalah malam yang sangat berharga banget bagi saya. Ketika saya mengikuti Grand Launching Buku Pulih IIDN via daring Bersama mbak Widyanti Yuliandari selaku ketua IIDN. Saya benar-benar merasa tertampar dan disadarkan betapa piciknya saya di masa lalu. Bisa-bisanya saya malah pergi dan menjauh ketika satu demi satu sahabat dekat saya tertimpa masalah besar.
Sama seperti kita pada umumnya awalnya mbak Widya mengatakan bahwa selama ini ada kegalauan yang menghinggapinya disaat menemukan banyak teman penulis yang juga suka marah-marah, bikin status nggak jelas dll.
Selain pada awalnya cukup dihindari dan lebih baik bekerja sama dengan penulis yang kesehariannya berfikir positif. Tapi tentu ada keresahan yang menggelayuti hati beliau. Apa nih solusi terbaiknya agar mendapatkan win-win solution.
Beliau ingat bahwa arti dari komunitas diibaratkan sebuah rumah dimana kita bisa turut merawat siapapun di dalamnya. Agar bisa membantu dan tetap sesuai koridor yang sedang diperjuangkan oleh komunitas tersebut.
Kebetulan seolah semesta ikut membantu sebuah proyek kebaikan berjalan mbak Fu Ketika mengajukan program kerja divisi buku iidn penulisan antologi yang salah satu temanya adalah mental illness. Pas banget rasanya dengan keresahannya mbak Wid selama ini. Mungkin bila dijadikan satu antologi pasti hasilnya akan lebih baik. Dimana sudah pasti kepenulisan, bagaimanapun itu harus ada dampak positif baik kepada pembacanya maupun penulisnya sendiri.
Proses Panjang penulisan Buku Antologi Pulih.
Tentu saja ada kisah yang luar biasa dalam proses pembuatan buku antologi ini. Pasang surut dalam pembuatan buku antologi Pulih ini benar-benar tidak biasa dikatakan remeh. Tentu saja timing setiap orang tidak sama. Ada yang lukanya sudah kering dan yang masih berdarah. Ada yang mengingat satu nama saja membutuhkan satu pack tissyu untuk membuat airmata berhenti.
Luka tetaplah luka, Ketika dikorek tentu timbul sebuah katarsis.
Untuk bisa menulis antologi Pulih ini banyak penulis yang membutuhkan pendampingan mental dari psikiolog yang khusus hadir untuk memberikan rasa nyaman, aman serta menyalurkan energi positif agar para penulis buku Antologi Pulih ini mendapatkan kekuatan untuk tegar, pulih dan Kembali semangat menyongsong masa depan.
Bak gayung bersambut, proses kepenulisan buku antologi ini pun di dampingi oleh mbak Intan Maria Halim S.Psi, CH selaku konselor serta founder Ruang pulih. Juga dr Maria Rini Indriarti, Sp.KJ, M,Kes Dokter Spesialis Kesehatan Jiwa.
Bagaimanapun suramnya masa lalu kita tetap harus bangkit bukan? Disinilah tugas komunitas untuk terus merangkul agar kuat.
Menuliskan cerita masa lalu yang sudah kita lupakan benar-benar melibatkan banyak aspek. Ada tabu yang sudah bisa ditutupi selama ini harus terkuak. Ada juga yang berhubungan dengan aib masa lalu harus terbongkar.
Mau tak mau, satu demi satu kontributor berguguran di tengah jalan. Ada juga beberapa tulisan yang belum memenuhi kriteria. Ah proses kepenulisan yang benar-benar melelahkan sebenarnya. Maka jangan heran kalau hasil dari Antologi buku Pulih ini benar-benar menjadi maha karya yang luar biasa.
Baru mendengar sekelumit isi di dalamnya saja saya beneran berdecak takjub, rasanya saya ingin memeluk secara real seluruh penulis yang merupakan para ibu-ibu hebat IIDN, ibu-ibu pilihan yang menjadi contoh wanita lemah diluar sana untuk bangkit. Kalian semua adalah wanita hebat di abad ini. Kalian membuat saya tertampar bolak-balik. Perjuangan saya menghadapi takdir, jatuh dan bangun saya tidak ada seujung kukunya.
Sungguh membaca seklias buku ini membuat saya tersadar apa artinya bersyukur yang sesungguhnya, apa artinya perjuangan dan bagaimana caranya memeluk sahabat dikala dilanda masalah. Terimakasih dan Terimakasih.
Ah iya ya mbak, ikut acara launching ini membuat aku semakin sadar pentingnya memelihara kesehatan mental ya
BalasHapusMbak aisyah, saya jadi kepo kembali untuk nama ketua IIDN. Widyanti wulandari atau Widyanti Yuliandari?
BalasHapusSaya juga nulis tentang ini mbak, tulisan lainnya bagus² termasuk punya mbak aisyah, jadi semangat untuk memperbaiki lagi saya
Buku bagus
BalasHapusSemoga semakin banyak buku yang mengungkap mental illness agar kita semua paham bahwa ini masalah serius, penderitanya harus diterapi
Pernah di fb...punya tmn yg bgtu, ngeluh trs kerjaannya. Eh bener lho, ku unfollow aja. Males liatnya haha
BalasHapusAku jadi mengingat-ingat apakah pernah meninggalkan teman yang status-statusnya bernada galau gitu, huhuhu ...
BalasHapusTapi selain empati dari orang lain, diri sendiri pun harus mau ya mengakui bahwa dirinya sedang dalam masalah, nggak sungkan menerima masukan, dan mau berusaha mencari solusi untuk masalahnya.
Aku malah jadi kepengen baca Pulih juga, nih.
Waah menarik juga kalo baca info tentang buku PULIH di sini.
BalasHapusSemoga buku ini mampu memulihkan penulisnya dan juga para pembacanya
Keren banget proses pembuatan bukunya sampai didampingi konselor. Semoga bukurnya bermanfaat aamin
BalasHapusBeberapa kali membaca ulasan tentang buku ini, saya semakin penasaran untuk membacanya secara utuh. Alhamdulillah sudah pesan. Semoga nanti bisa menuliskan resensinya dalam waktu dekat
BalasHapusasiknyaaa ya mba, ini buku antologinya untuk encourage yang lagi kena or positif covid-19 yaaa? keren laaaaah ini sih
BalasHapusseneng sekali kemarin bs juga ikutan launching buku Pulih mba. gak nyangka jika ternyata diluar sana banyak perempuan tangguh, meski hatinya menyimpan luka. Btw aku sudah punya bukunya. Art therapy akhirnya menjadi salah satu cara mereka untuk bangkit ya, dengan memisahkan masa lalu, dan masa kini, ada jeda buat ambil emosi secara bijak. Emang kalo ada temen dengan masalah kesehatan mental kudu di support ya mba, untuk Pulih dan melanjutkan hidupnya dengan karya-karya.
BalasHapusAku pernah juga sih mengunfollow beberapa temen yang menurut aku setiap hari cuma ngeluh.
BalasHapusTapi aku jadi menyadari, terkadang kita tidak tahu beberapa sisi gelap yang orang itu hadapi.
Seolah-olah sok bijak kita menyelamatkan diri kita sendiri. Jadi menyesal. Buku yang akan launching ini seperti nya baik untuk dibaca orang-orang seperti aku.
Bener banget ya, kalau ketemu seseorang yang lagi punya masalah, yang terbaik adalah menemani mereka, kasih support biar pulih. Kayanya cerita di antologi ini menarik banget, jadi penasaran deh pengen baca juga
BalasHapuskayaknya isi buku pulih ini bisa menguak berbagai fakta hati seorang wanita ya... Pengen baca deh bukunya.
BalasHapus