
Tak jarang kita melihat fenomena Pekerja Migran Indonesia (PMI) Purna yang telah kembali ke tanah air setelah menjalani masa kerja di luar negeri, akan kembali bekerja ke luar negeri setelah tinggal beberapa bulan di negeri sendiri. Ada yang hanya pulang untuk menikah, hamil-melahirkan lalu kembali bekerja lagi.
Tak jarang bahkan yang awalnya hanya ingin bekerja 2-3 tahun (1 kali kontrak kerja) harus kembali tanda tangan kontrak kerja untuk kesekian kalinya. Mau bilang nyesek tapi begitulah keadaannya. Banyaknya tanggung jawab di pundak PMI, minimnya pekerjaan serta berbagai stigma yang membuat lingkup kerja semakin sulit.
Oleh karena itu, diperlukan sinergi antara Pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, dan sektor swasta untuk memastikan bahwa PMI Purna Penempatan tidak hanya berhasil kembali ke masyarakat, tetapi juga mampu menjadi agen pembangunan yang memberdayakan diri sendiri dan lingkungan sekitarnya.
Di tengah arus mobilitas tenaga kerja global, upaya menjaga martabat, kemampuan ekonomi, dan akses pendidikan bagi Pekerja Migran Indonesia (PMI) menjadi pekerjaan rumah penting. Di Taiwan, satu inisiatif yang menonjol adalah PKBM Tunas Melati yang dibangun dan/atau didampingi oleh tokoh yang aktif dalam pendidikan dan pemberdayaan PMI, Muhammad Ghalih.
Kiprah ini merangkum program pendidikan nonformal, pelatihan kewirausahaan, pendampingan pasca-kepulangan, serta jaringan kolaborasi lintas sektor yang berorientasi pada kemandirian ekonomi PMI.
Muhammad Ghalih, S.I.Kom., M.Sc. yang juga tercatat juga sebagai kandidat Ph.D. dalam beberapa sumber profil akademik merupakan Pendiri/pegiat di Ghalih Foundation, terlibat aktif sebagai penggerak PKBM Tunas Melati di Taiwan, aktif sebagai educator, peneliti, dan edupreneur. Selain itu Muhammad Ghalih, S.I.Kom., M.Sc menerima Apresiasi/Anugerah Pewarta Astra 2024 untuk kategori Pendidikan (PKBM Tunas Melati, Taiwan).
Muhammad Ghalih tercatat memiliki latar komunikasi (S.I.Kom.) dan gelar pascasarjana (M.Sc.), serta aktif di ranah akademik (profil Google Scholar / ResearchGate menunjukkan keterlibatan penelitian dan kegiatan akademis di institusi Taiwan). Kombinasi latar komunikasi, kapasitas penelitian, dan pengalaman praktis menjadi modal penting untuk merancang program pendidikan nonformal dan intervensi pemberdayaan yang berbasis bukti.
PKBM Tunas Melati kini hadir sebagai pusat kegiatan belajar masyarakat (pendidikan nonformal) yang menargetkan PMI dan komunitas Indonesia di Taiwan. Layanan yang dijalankan meliputi Paket A/B/C (setara SD-SMP), pelatihan vokasional/kewirausahaan, pendidikan karakter, dan program penguatan kapabilitas ekonomi. PKBM ini berfungsi tidak hanya sebagai tempat belajar akademis, tetapi juga sebagai ruang pengembangan keterampilan praktis dan jejaring pemasaran untuk produk/layanan PMI.
Program pemberdayaan ekonomi yang dijalankan
Berikut adalah inti program dan pendekatan yang dijalankan di bawah pengaruh kepemimpinan Muhammad Ghalih:
Pelatihan ideation dan kewirausahaan untuk PMI
Workshop ideation, perancangan produk/usaha mikro, dan pengembangan model bisnis sederhana yang sesuai modal dan waktu kerja PMI di luar negeri. Program ini membantu PMI mengidentifikasi peluang usaha yang realistis setelah pulang ke Indonesia.
Pelatihan keterampilan teknis & digital
Pelatihan penggunaan perangkat digital dasar, pemasaran online sederhana (sosial media shop), hingga pengemasan produk sehingga UMKM PMI bisa bersaing dan mengakses pasar lebih luas.
Pendidikan formal nonformal (Paket A/B/C)
Menyediakan jalur penyetaraan pendidikan untuk anak PMI atau PMI sendiri yang ingin menyelesaikan jenjang pendidikan dasar/menengah tanpa mengganggu jam kerja. Ini meningkatkan akses modal sosial dan peluang ekonomi jangka panjang.
Pendampingan pasca-pelatihan & jejaring pemasaran
Program lanjutan: pendampingan usaha mikro, fasilitasi perizinan sederhana (jika perlu), dan koneksi dengan komunitas diaspora/kerabat di Indonesia untuk menciptakan pasar awal.
Kolaborasi akademik dan riset terapan
Menjalin sinergi dengan universitas dan lembaga riset untuk mengukur dampak intervensi, mengidentifikasi keterampilan bernilai pasar, dan memperbaiki modul pelatihan. Contoh: kolaborasi atau dukungan dari universitas/organisasi pendidikan (ada laporan kegiatan kolaboratif yang melibatkan UNJ dan mitra lokal).
Model logika intervensi: bagaimana program ini mendorong kemandirian ekonomi
Model yang diadopsi menggabungkan pendekatan pendidikan, keterampilan, pasar:
Pendidikan & literasi (menyelesaikan paket pendidikan, literasi keuangan dasar) → Keterampilan (produksi, digital, pemasaran) → Akses pasar & modal kecil (jejaring diaspora, koperasi kecil, gawai digital) → Pendapatan berkelanjutan.
Fokus pada transferable skills (keterampilan yang dapat diterapkan baik di Taiwan maupun di kampung halaman) membuat program relevan untuk PMI jangka pendek maupun jangka panjang.
Dampak yang terlihat (indikator & bukti)
Beberapa indikasi dampak yang dilaporkan atau dapat diidentifikasi dari kegiatan:
Peningkatan akses pendidikan bagi anak-anak komunitas dan PMI yang belum sempat menyelesaikan jenjang formal (melalui Paket A/B/C).
Pelatihan ideation & kewirausahaan yang dilaksanakan langsung di Taiwan, memberikan banyak PMI kemampuan merancang usaha pasca-pulang, sebagaimana dokumentasi kegiatan di jejaring Ghalih Foundation.
Pengakuan publik melalui daftar penerima Anugerah/Apresiasi (menandakan bahwa model kerja dan kontribusi di bidang pendidikan dinilai berkontribusi oleh ekosistem lebih luas).
untuk mengukur dampak jangka panjang secara kuantitatif diperlukan data terstruktur (mis. jumlah alumni yang menjadi wirausaha, peningkatan pendapatan keluarga, tata kelola koperasi) upaya pengukuran ini sedang/akan menjadi area penguatan melalui kolaborasi riset.
Muhammad Ghalih tercatat memperoleh Anugerah Pewarta Astra / SATU Indonesia Awards 2024 untuk kategori Pendidikan atas kiprah PKBM Tunas Melati (Taiwan). Dokumen resmi daftar penerima mencantumkan namanya pada tahun 2024, sebuah bentuk apresiasi tingkat nasional yang mengakui kontribusi nyata di lapangan. Pengakuan semacam ini membantu memperluas visibilitas program dan membuka peluang pendanaan/kolaborasi baru.

Keberhasilan program tentu saja tidak berdiri sendiri; beberapa kolaborasi penting yang teridentifikasi:
Ghalih Foundation sebagai badan pelaksana/pendukung kegiatan pendidikan dan pelatihan.
Kemitraan akademik (mis. dengan universitas di Taiwan atau Indonesia untuk riset dan capacity building).
Organisasi komunitas Indonesia di Taiwan yang menyediakan jangkauan komunitas dan logistik lokal untuk program.
Kolaborasi ini memperkuat kapasitas operasional PKBM, akses materi ajar, serta legitimasi program di mata pemangku kepentingan.
Tantangan yang dihadapi PKBM Tunas Melati (Taiwan)
Beberapa tantangan nyata yang sering muncul dalam inisiatif semacam ini:
Keterbatasan sumber daya finansial untuk men-skalakan program dan memberi modal usaha kepada alumni. Regulasi lintas negara terkait pendidikan informal dan pengakuan sertifikat di kedua negara. Waktu & mobilitas PMI (jam kerja yang padat menyulitkan partisipasi aktif) — yang menuntut model pembelajaran fleksibel.
Pengukuran dampak jangka panjang; dibutuhkan sistem monitoring & evaluasi yang lebih ketat untuk menunjukkan outcome ekonomi konkret. Ghalih dan tim tampak mengatasi beberapa isu ini lewat model pelatihan yang disesuaikan jadwal, serta upaya membangun jejaring mitra lokal. Namun tantangan pendanaan dan pengukuran tetap prioritas untuk ditangani.
Visi ke depan & rekomendasi strategis
Berdasarkan pola kerja yang sudah berjalan, beberapa langkah strategis yang bisa memperkuat kemandirian ekonomi PMI melalui PKBM Tunas Melati:
Mengembangkan unit microfinance/kelompok simpan-pinjam untuk memberikan modal awal bagi usaha alumni.
Digital marketplace komunitas: platform online untuk memasarkan produk PMI (oleh-oleh, kuliner rumahan, kerajinan) dengan dukungan logistik pulang-kirim.
Modul pelatihan blended learning (online + sesi tatap muka malam/minggu) agar cocok dengan jadwal kerja PMI.
Kerjasama dengan universitas atau LSM untuk studi longitudinal yang memetakan dampak ekonomi program (jumlah wirausaha aktif, kenaikan pendapatan, ketahanan rumah tangga).
Penguatan brand & dokumentasi: mempublikasikan studi kasus sukses alumni agar dapat menarik donor dan mitra korporat.
Kesimpulan
Muhammad Ghalih, melalui perannya di Ghalih Foundation dan PKBM Tunas Melati (Taiwan), menunjukkan model pemberdayaan yang pragmatis: menggabungkan pendidikan setara, pelatihan kewirausahaan, dan jejaring komunitas untuk mendorong kemandirian ekonomi PMI. Pengakuan seperti Anugerah Pewarta Astra 2024 memperkuat legitimasi upaya ini, sementara kolaborasi akademik dan komunitas membuka jalan untuk pengembangan yang lebih terukur dan berkelanjutan. Untuk mencapai skala dan dampak jangka panjang, penguatan pendanaan, model kredit mikro, dan sistem evaluasi outcome menjadi kunci berikutnya.
Tidak ada komentar
Hai, silahkan tinggalkan komen, pesan dan kesannya. Tapi maaf untuk menghindari spam dimoderasi dulu sebelum dipublikasi ya.