Syaipul Bahri merupakan salah satu
pemuda membanggakan dari Tanjung Sari Poyo, Kepulauan Riau yang meraih
penghargaan SATU Indonesia Award 2021 dari ASTRA. Penghargaan ini ditujukan
kepada seluruh generasi muda Indonesia yang memiliki program kegiatan dan
berdampak positif kepada lingkungan dan masyarakat.
ASTRA sebagai perusahaan besar selalu berkomitmen dalam mewadahi potensi anak muda yang bertekad untuk membawa kemajuan daerah. Meskipun berasal dari daerah kecil namun tidak menyurutkan tekas Syaipul Bahri untuk membawa perubahan di desanya.
Menebar Asa di Pelosok Desa
Syaipul Bahri merupakan inisiator dari program pemanfaatan barang rongsokan untuk alat musik. Hal ini dilatarbelakangi oleh banyaknya pemuda desa yang tidak produktif dan justru melakukan kegiatan yang mengundang keresahan di lingkungan masyarakat, seperti balapan liar.
Kejadian ini tentu membuat
masyarakat menjadi terganggu dan seringkali menimbulkan konflik karena
keberadaan geng motor tersebut. Berawal dari keprihatinan akan rasa tidak
nyaman tersebut, Syaipul Bahri kemudian berpikir untuk mengalihkan kegiatan
anak muda di desanya dengan sesuatu yang menyenangkan tanpa mengganggu
ketenangan orang lain.
Sungguh, tidak ada hasil manis tanpa perjuangan yang berat. Hal ini pun juga dialami oleh Syaipul Bahri dimana anak muda di desanya tidak tertarik untuk bermain alat musik. Berkat konsistensinya dalam mengajak, akhirnya lama kelamaan mulai berdatangan anak muda yang mau belajar alat musik dan meninggalkan balapan liar.
Namun, masalah tidak berhenti pada minat anak mudanya saja. Akan tetapi, semakin bertambahnya anggota tentu membutuhkan alat musik yang tak sedikit pula. Di samping memikirkan hal tersebut, Syaipul terus meyakinkan para pemuda di desanya untuk bergabung dan belajar alat musik. Syaipul mengatakan bahwa kepandaian bermain alat musik dapat menjadi salah satu cara untuk membanggakan orang tua daripada harus menantang mau dengan balap liar.
Momen emas itu datang ketika memperingati hari kemerdekaan dimana Syaipul Bahri berinisiatif untuk menampilkan pertunjukan musik bersama. Akan tetapi, pada saat itu ia hanya memiliki biola dan jimbe sehingga membutuhkan tambahan alat musik lagi agar bisa ditampilkan secara bersama.
Pucuk dicinta ulam pun tiba, akhirnya momen ini mendorong Syaipul mendatangu seorang tokoh agama yang dikenal sangat baik. Kedatangannya beremaksut untuk meminjam alat musik. Bak gayung bersambut, kedatangan Syaipul disambut hangat dan beruntungnya ia mendapatkan alat musik saron dari tokoh agama tersebut untuk pementasan musik.
Pemanfaatan Rongsokan untuk Alat Musik
Alat musik tersebut tentu belum bisa memeriahkan acara, Syaipul pun putar otak dengan memanfaatkan barang-barang bekas yang bisa menghasilkan suara. Kemudian, Syaipul menghimbau untuk membawa drum plastik, kaleng bekas cat, galon, dan barang tidak terpakai lainnya. Perjuangan melelahkan tersebut kemudian membuahkan hasil yang baik.
Alhasil, banyak pemuda yang tertarik untuk bergabung bersama Syaipul Bahri. Kini pemuda di desanya sudah meninggalkan kebiasaan buruk balap liar dan beralih menjadi pemusik hingga tidak disadari anggotanya mencapai 200 orang. Dari sini kemudian Syaipul dengan berbagai dukungan sekelilingnya membentuk grub perkusi dimana alat musiknya memanfaatkan barang rongsokan.
Grub perkusi ini kerap kebanjiran
order untuk tampil dalam beragam kegiatan. Inisiasi Syaipul Bahri patut
mendapatkan aspresiasi setinggi-tingginya. Dibalik keterbatasannya ia mampu
memberikan pengaruh positif terhadap lingkungannya. Sehingga, tidak heran jika
ia meraih penghargaa SATU Indonesia Awards dari ASTRA.
Tidak ada komentar
Hai, silahkan tinggalkan komen, pesan dan kesannya. Tapi maaf untuk menghindari spam dimoderasi dulu sebelum dipublikasi ya.